Inidata.id - Laporan UNICEF menyebutkan hampir 70 persen sumber air minum rumah tangga di Indonesia tercemar limbah tinja.
Pencemaran sumber air minum memicu penyakit diare yang merupakan penyebab utama kematian balita.
Laporan UNICEF menyebutkan dari 20 ribu sumber air minum, hanya sekitar 20 persen yang aman dari pecemaran limbah tinja.
Laporan yang dikeluarkan UNICEF Februari 2022 itu mendorong pemerintah memperbaiki layanan air minum yang layak untuk masyarakat.
“Sanitasi yang aman bisa mengubah kehidupan anak-anak dan membuka kesempatan untuk mereka mewujudkan potensi dirinya,” ujar Perwakilan Sementara UNICEF, Robert Gass.
Kampanye UNICEF bertajuk #DihantuiTai bertujuan memberikan pemahaman kepada keluarga Indonesia tentang sanitasi aman.
Masyarakat mendapat pemahaman soal dampak pencemaran tinja terhadap sumber air bagi kesehatan masyarakat.
Dalam kampanye ini, tim ‘pemberantas tinja’ UNICEF menjalankan misi menyelamatkan wilayah yang dihantui pencemaran kotoran manusia.
UNICEF meluncurkan situs cekidot.org yang memuat kiat-kiat praktis bagi keluarga untuk memastikan keamanan tangki septik.
Masyarakat juga dapat mengakses informasi kontak jasa pembersihan tangki penampung kotoran toilet.
“Sayangnya, ada begitu banyak anak yang tinggal di daerah-daerah terdampak sanitasi tidak aman. Hal ini mengancam setiap aspek pertumbuhan mereka.”
Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam meningkatkan mutu sanitasi dasar.
Tapi jumlah rumah tangga yang rutin membersihkan septik tank minimal sekali kali dalam 5 tahun hanya kurang dari 8 persen.
Banyak keluarga belum memahami pentingnya menghubungkan toilet dengan sistem pembuangan berpipa yang perlu dibersihkan secara berkala.
Akibatnya, limbah tinja tidak terkelola dengan baik sehingga mencemari lingkungan dan sumber air sekitar.
